Mendengar kata
e-learning satu hal yang terfikir adalah internet. Ya, e-learning secara
sederhana didefinisikan sebagai bentuk pembelajaran melalui media computer dan
jaringannya. Bentuk e-learning adalah media audio visual, mesin pencari,
website, atau perpustakaan dijital.E-learning ini biasanya ditawarkan suatu
institusi pendidikan kepada ‘siswa’nya baik berupa siswa itu sendiri maupun
masyarakat umum.
Dahulu, saat
tahun 1980-an, e-learning bermula saat digunakannya CD sebagai media
pembelajaran siswa di rumah. Namun, kurangnya interaksi antara siswa, materi,
dan guru merupakan kelemahan e-learning saat itu. Keberadaan internet
menyelesaikan masalah tersebut. Dengan adanya internet terjadi interaksi bahkan
saat itu juga dan di manapun juga.
Dengan demikian,
saat ini e-learning berkembang menjadi sebuah pembelajaran jarak jauh yang
memungkinkan siswa, materi, dan guru berinteraksi tanpa melibatkan ruang kelas
dan jam pelajaran. Selanjutnya, dengan bantuan pemerintah, pembelajaran jarak
jauh ini memungkinkan terjadinya kesetaraan kesempatan memperoleh pendidikan
bagi siapapun tanpa dibatasi oleh status ekonomi atau hal-hal yang bersifat
sosial lainnya.Keuntungan lainnya adalah pembelajaran jarak jauh memungkinkan
siapapun, tua muda, laki-laki perempuan, untuk menggunakan waktu luangnya untuk
belajar dan memperoleh kemampuan atau pengalaman yang ingin mereka peroleh.
Sementara itu, pada tingkat pendidikan tinggi, pembelajaran jarak jauh
merupakan hal yang umum yang mampu memudahkan dosen dan mahasiswanya dalam
mencapai keefektifan pengajaran.
Sejak
meningkatnya pertumbuhan jumlah perangkat elektronik bergerak di Indonesia,
aplikasi e-learning butuh dapat diadaptasikan dalam bentuk mobile-learning atau
m-learning. Di sini, konten-konten e-learning yang ada harus dapat ditampilkan
dalam perangkat bergerak. Perangkat bergerak di sini adalah smartphone dan
tablet.
Sementara itu,
layanan internet di Indonesia telah berkembang dengan sangat baik. Hal ini
menawarkan masyarakat untuk dapat memilih operator sesuai dengan kondisi
keuangan dan cakupan area. Dapat dikatakan, kondisi akses internet di Indonesia
saat inilah yang memungkinkan perkembangan m-learning dapat bergerak menuju
arah positif.
Selain cakupan
internet yang belum menjangkau setiap bagian dari Indonesia, penetrasi
perangkat elektronik yang mempu mengakses internet juga masih terbatas. Perangkat
elektronik ini dibutuhkan penggunanya untuk akses e-learning. Dalam hal ini,
pengguna tersebut adalah sekolah beserta siswa dan gurunya, serta masyarakat
umum.
Beberapa hal
tersebut di atas adalah keuntungan sekaligus tantangan yang dihadapi bagi
perkembangan e-learning di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat
beberapa hal yang berakitan dengan penggunaan sumberdaya untuk memanfaatkan
keuntungan sekaligus menghadapi tantangan tersebut.
Gambar gerak
yang berisi materi pendidikan dapat dengan mudah diakses dengan perangkat
pemutar gambar gerak dan komputer. Sementara itu, materi dalam bentuk flash
video hanya dapat ditampilkan oleh komputer atau ponsel pintar generasi
terbaru. Di sinilah terjadi jurang pemisah dalam menampilkan materi pendidikan
dalam bentuk flash video. Hal ini dapat diatasi dengan cara berikut ini.
Gambar gerak
yang biasa disajikan dalam bentuk VCD (video compact disc), sebaiknya disajikan
dalam DVD (digital video disc). Dengan demikian, tampilan yang interaktif seperti
dalam flash video dapat dimunculkan pada DVD. Perangkat pemutar DVD-pun
biasanya sudah mampu memutar VCD.
Berkaitan dengan
akses flash video melalui komputer, pengetahuan mengenai komputer menjadi
penting. Sering para pengguna komputer tidak memperbarui perangkatlunak dan sistem
operasi mereka. Hal inilah yang kadang menyebabkan konten flash video tidak
bisa ditampilkan dalam komputer mereka. Alternatif yang ditawarkan adalah membuat
konten flash video disajikan dalam bentuk file presentasi yang dapat
ditampilkan pada komputer manapun yang memasang perangkat lunak pengolah file
presentasi. Pada dasarnya, dengan pengetahuan yang cukup, konten flash video
ini dapat disajikan dalam file presentasi.
Sementara itu, penyajian konten
flash video pada peramban berkaitan erat dengan peramban tersebut. Pada
dasarnya, peramban versi terbaru beserta ekstensi tertentu sudah dapat
menampilkan konten flash video dengan mudah. Penyaji layanan e-learning juga
dapat menampilkan konten flash video mereka langsung di web tanpa menggunakan aplikasi
flash video. Tentu saja terjadi penyederhanaan dalam konten dan juga animasi. Dengan
cara-cara tersebut di atas, akses kepada konten e-learning dalam video flash dapat
dijangkau segala lapisan masyarakat.
Di sisi lain,
pengguna ponsel pintar memiliki lebih banyak pilihan. Beserta tablet generasi
terbaru, ponsel pintar generasi terbaru sudah dapat memutar konten flash video.
Bagaimana dengan generasi lama? Perbaruan pada sistem operasi, peramban, atau modifikasi
pada sistem lunaknya dapat menjadikan perangkatnya mampu memutar flash video.
Di sini, pengguna ponsel pintar menjadi penting untuk menjadi pengguna yang
pintar pula. Pengguna yang mampu memahami perangkat da nisi di dalamnya.
Mesin pencari
dan buku elektronik yang biasa digunakan dalam e-learning seharusnya sudah bisa
diakses pengguna yang menggunakan perangkat berbasis internet. Hal ini
menjadikan kedua hal tersebut bukanlah tantangan yang dihadapi di Indonesia.
Namun, tetap saja, pengetahuan mengenai perangkat akses adalah penting jika
suatu saat menghadapi masalah dalam menampilkan hal tersebut.
Saat ini, banyak
konten e-learning diproduksi oleh ‘pemain besar’. Dalam hal ini ‘pemain besar’
tersebut adalah perusahaan penyedia konten, universitas, ataupun suatu
organisasi. Konten dan bentuk e-learning yang ditawarkanpun ‘bercitarasa’ produsen
tersebut. Artinya, tidak semua konten dibutuhkan pengguna. Pengguna dari
sekolah bisa dengan mudah memilih apa yang akan dipelajari siswanya sesuai
kebutuhan. Jika tidak ada, maka hal ini akan menjadi tantangan selanjutnya.
Apakah bisa
seorang guru di sekolah membuat konten e-learning di sekolah? Selama ada akses
komputer jawabannya adalah bisa. Guru dapat memanfaatkan perangkat lunak
pembuat buku elektronik yang saat ini telah berkembang sedemikian rupa, bahkan,
sampai dapat menampilkan gambar gerak. Guru dapat menggunakan layanan pembuatan
- penyimpanan dokumen di ‘awan’ untuk membuat semacam kuisioner dan berbagai
jenis dokumen lainnya. Penyimpanan di ‘awan’ ini dapat dengan mudah diakses
oleh siswa melalui internet. Layanan pembuat flash video untuk e-learning juga
banyak terdapat di internet. Umumnya, bentuk e-learning yang ditawarkan adalah
semacam gim untuk mengalahkan musuh di mana caranya adalah menjawab pertanyaan
yang ada.
Dengan kata
lain, pengetahuan mengenai perangkat lunak dan internet menjadi penting bagi
guru yang ingin membuatkonten e-learning. Tantangan yang muncul adalah
bagaimana dengan guru ‘senior’ yang ingin membuat konten, padahal pengetahuan
mengenai komputernya terbatas. Mudah saja, kolaborasi dengan guru ‘junior’,
muda, atau guru teknologi informasi yang umumnya lebih mengikuti perkembangan
teknologi. Dengan kolaborasi tersebut konten e-learning cita rasa lokal dapat
dengan mudah dibuat di sekolah. Apalagi jika ditambah dengan sentuhan seni dari
guru kesenian. Dengan model kolaborasi yang sama, masyarakat umumpun dapat
membuat konten e-learning sendiri.
Dapat
disimpulkan bahwa kemudahan yang ditawarkan oleh e-learning sebaiknya diikuti
dengan pengetahuan mengenai e-learning tersebut. Pengetahuan di sini berkutat
di sekitar internet, perangkat elektronik, perangkat lunak, dan sistem operasi.
Dengan cukupnya pengetahuan tersebut, akses terhadap e-learning dapat dilakukan
dengan mudah.
Sementara itu,
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian
Komunikasi dan Informasi berperan pula dalam pengembangan dan penetrasi
e-learning. Peran tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan pembuatan
konten e-learning, kemudahan akses internet, bantuan dalam perangkat elektronik
atau materi ajar, dan lain sebagainya.
Dengan adanya
semangat dari pihak guru, pengguna, dan pemerintah, diyakini perkembangan
e-learning akan menuju ke arah yang lebih baik lagi. Hal ini akan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia Indonesia seiring dengan semangat masyarakat
belajar dengan cara yang menarik.